Selain itu, nantinya juga akan diatur semacam pengelompokan perusahaan. Sebab, fokus pupuk selain menyediakan subsidi NPK (Nitrogen, Phosphat, Kalium), juga juga pupuk orea dan amonia yang produk yang sebenarnya ini market base.
"Nah kita lagi atur supaya nanti ada semacam grouping company yang komersial dan non-komersial. Nah setelah di grouping nanti baru kita lihat, di group level mana yang kita akan lakukan IPO," jelasnya.
Baca Juga:
HUT Pupuk Indonesia ke-12, Tanam 8.000 Bibit Pohon di 7 Lokasi
"Karena kalau sekarang ini pupuk Kaltim kita IPO kan, nanti pupuk Kaltim yang paling profitable. Yang lainnya nanti enggak ketarik. Nah kita lagi recana untuk regrouping dulu, sebelum nanti kita mungkin tahun depan baru kita akan lihat ke IPO-nya. Tapi juga yang kedua, kan harus ada story-nya ya," lanjutnya.
Tiko menambahkan, selain grouping company, pihaknya juga ingin ada reformasi menjadi chemical company.
"Tadi saya sampaikan bahwa pupuk kalau hanya berhenti di pupuk, tentunya ya dia marginya terbatas. Tapi kalau nanti transformasinya ke chemical company, jadi masuk amoniak, jadi petanol dan sebagainya ini, tentunya secara nilai tambah kan lebih tinggi. Nah ini kita lagi bikin strategi tadi regrouping," pungkasnya.
Baca Juga:
UMKM Binaan Pupuk Indonesia Berpotensi Merambah Pasar Global
Sebagai informasi, Pupuk Kaltim merupakan salah satu perusahaan pelat merah yang masuk dalam daftar rencana IPO BUMN sebelumnya, bersamaan dengan PT Pertamina Hulu Energi dan PT Pertamina Gheothermal Energy.
Pahala Mansury saat menjabat sebagai Wamen BUMN juga pernah mengatakan bahwa salah satu alasan penundaan IPO PKT sendiri dikarenakan sentimen pasar modal.
"Kita belum putuskan saat ini. Karena marketnya," tutur Pahala saat ditemui wartawan, di Menara Danareksa, Jakarta pada Kamis, (30/3/2023).