“Kami juga meyakinkan ke Kementerian Pertanian bahwa ini harga kredibel dan bisa menjadi referensi dalam pengambilan kebijakan baik CPO di hilir maupun harga TBS (tanda buah segar) di hulu,” kata Didid, mengutip Republika, Sabtu (21/10/2023).
Namun, ia menjelaskan, kehadiran bursa CPO di Indonesia bukan untuk berkompetisi dengan Malaysia. Indonesia membutuhkan harga acuan sendiri yang lebih menggambarkan kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga:
Perdana, Transaksi Perdagangan CPO di Bursa di Hari Pertama Capai 100 Ton
”Kita tidak bermaksud berkompetisi dengan bursa Malaysia, tidak bukan itu, justru kami akan berkolaborasi dengan Malaysia karena kita tahu, sawit kita dapat tantangan dari Uni Eropa," ujar Didid.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]