RIAU.WAHANANEWS.CO Rokan Hulu Kondisi memprihatinkan terlihat di SD Negeri 011 Kepenuhan Hulu yang berlokasi di Dusun 02 Desa Kepayang, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Alih-alih menjadi ruang belajar yang layak dan nyaman, sejumlah kelas justru tampak berantakan, dipenuhi barang-barang bekas yang tidak tertata, bahkan menyerupai gudang sampah. Pemandangan ini tentu mengiris hati, terlebih saat mengetahui sekolah tersebut memiliki 103 murid terdaftar dalam data Dapodik, serta menerima dana BOS hingga Rp96 juta per tahun.
Situasi tersebut memunculkan pertanyaan besar mengenai pengelolaan dana BOS dan tata kelola sekolah di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah, Baidah. Dugaan ketidakmampuan mengelola dana makin menguat setelah berbagai temuan di lapangan tidak sejalan dengan kondisi ideal yang seharusnya dapat dicapai melalui pemanfaatan anggaran pendidikan tersebut.
Baca Juga:
Wali Murid Keluhkan Kenaikan SPP dan Pembelian LKS di SD Swasta KITA YADIKA Mahato
Saat ditemui di kediamannya, Ketua Komite Sekolah yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun mengungkapkan fakta mengejutkan. Ia mengaku sama sekali tidak pernah dilibatkan dalam rapat penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) sejak Baidah menjabat.
"Sejak buk Kepsek menjabat, saya belum pernah diikutsertakan dalam pembahasan RKAS. Saya rasa sekolah bahkan tidak pernah melaksanakan rapat tersebut. Kalaupun bertemu, paling hanya sekilas di kantor desa. Kondisi sekolah sekarang memang sangat memprihatinkan. Dari yang saya ketahui, buk Kepsek bahkan tidak mampu membayar honor penjaga sekolah atau petugas kebersihan,” ungkapnya dengan nada kecewa, Rabu (26/11/2025).
Baca Juga:
Sidang Riki Damanik Penuh Kejanggalan, Tiga Saksi Mengaku Tak Pernah Diperiksa Penyidik
Pernyataan ini semakin memperkuat dugaan lemahnya manajemen sekolah, terutama terkait transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana BOS. Padahal, komite sekolah merupakan unsur wajib dalam proses perencanaan hingga evaluasi anggaran.
Seorang pemerhati pendidikan Provinsi Riau turut mengecam kondisi sekolah tersebut. Ia menilai pihak sekolah seolah kehilangan empati dan kepedulian terhadap kenyamanan siswa dalam proses belajar mengajar.