Selain itu, PLTS juga membantu mengurangi pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim.
Sebagai bagian dari subholding upstream Pertamina, PHR terus berpegang teguh pada komitmen untuk mengimplementasikan aspek environment, social, and governance (ESG) dalam pengelolaan bisnisnya.
Baca Juga:
Layanan SuperSUN PLN, Inovasi Listrik Bersih 24 Jam, Dukung Kemajuan Masyarakat Kepulauan di Sulawesi Selatan
Pertamina mengambil peran besar di Presidensi G20 Indonesia, di mana Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menduduki jabatan sebagai Chair of Task Force Energy, Sustainability, and Climate (ESC) dari Business 20 (B20), yaitu ruang dialog bisnis internasional yang menjadi bagian dari agenda penting G20.
Perlu diketahui, Indonesia sangat kaya akan energi terbarukan dengan potensi lebih dari 400.000 MW. Lima puluh persen di antaranya, atau sekitar 200.000 MW, adalah potensi energi surya.
Kini, pemanfaatan energi surya sendiri baru sekitar 150 MW atau 0,08% dari potensinya. Padahal, Indonesia adalah negara khatulistiwa yang seharusnya bisa menjadi panglima dalam pengembangan energi surya.
Baca Juga:
Energi Surya Jadi Sumber Cahaya Bagi Kehidupan Masyarakat Desa Tepian
Pemanfaatan potensi tersebut semakin terbuka dan harganya makin murah dari waktu ke waktu, terutama PLTS, seiring pembiayaan untuk bisnis energi fosil semakin diperketat.
Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA) 2021, kapasitas PLTS di Vietnam telah mencapai 16.504 MW, meningkat drastis dalam tiga tahun. Di Malaysia sebesar 1.493 MW dan India sebesar 38.983 MW.
Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan terpasangnya PLTS Atap sebesar 3.600 MW secara bertahap hingga 2025.