Dia mengatakan A merupakan santri yang baru pindah dari Pekanbaru. Antoni mengatakan juga masih punya hubungan keluarga dengan A.
"Anak ini pindahan dari Pekanbaru, masih keluarga, saya yang bawa. Kesalahannya, saya bawa tanpa ada buat pernyataan tertulis karena keluarga. Secara lisan kami sampaikan. Seluruh santri baru semua pakai pernyataan. Jadi yang tidak setuju ya tidak lulus," katanya.
Baca Juga:
Antusiasme Masyarakat Menggala 5 Sambut dan Dukung Afrizal Sintong dan Sepenuhnya.
"Kenapa banyak luka lebam, karena setiap hari dia melanggar. Kami punya catatan peraturan apa yang dilanggar, tentu banyak hukumannya," sambung Antoni.
Dia mengaku akan menyelesaikannya masalah dugaan penganiayaan ini secara kekeluargaan. Dia mengatakan bakal menemui kakek, paman, dan keluarga korban.
Sebelumnya, santri di SMP Islam Terpadu di Riau, A, diduga menjadi korban penganiayaan. Ada sejumlah luka memar di tubuh A. Orang tuanya, Yusriadi, mengaku tak terima karena anaknya dianiaya ustaz sehingga melapor ke Polsek Peranap.
Baca Juga:
Seorang Pria di Riau Nekat Akhiri Hidupnya Dengan Cara Gantung Diri
Yusriadi mengaku anaknya diduga dianiaya sejak Oktober lalu. Dia menduga anaknya dianiaya lantaran tidak bisa bahasa Arab dan dipukuli pakai rotan hingga memar.
"Jumat (29/10), anak saya ini ternyata sudah tumbang, dibawa ke klinik. Diobati biar orang tua tidak tahu, dikasih istirahat selama dua hari," katanya.
Setelah sehat, korban kembali belajar seperti biasa. Namun, katanya, A kembali kena pukul berulang kali dan pasrah.