WahanaNews-Riau I Kasus dugaan aniaya seorang santri SMP Islam Terpadu (IT) Al-Husna, Indragiri Hulu (Inhu), Riau, oleh ustaz dibantah kepala sekolah (Kepsek). Persoalan ini sudah dilaporkan ke polisi.
"Memang ada kejadian itu, tapi kita tidak terima dibilang melakukan kekerasan dan penganiayaan," kata Kepala SMP IT Al-Husna, Antoni Surya Putra, saat dimintai konfirmasi, Rabu (10/11/2021).
Baca Juga:
Antusiasme Masyarakat Menggala 5 Sambut dan Dukung Afrizal Sintong dan Sepenuhnya.
Antoni menyebut A dihukum gara-gara berkelahi saat berada di SMP IT Al-Husna. Pihak sekolah pun keberatan kalau A mengaku dianiaya.
"A berkelahi, dia berkelahi. Berkelahi. Mencuri, pacaran, itu sanksi paling berat di sekolah. Kelahi saat sedang ngaji, kita hukum benar. Kalau bilang kekerasan dan aniaya, tidak terima," katanya.
Dia mengatakan selama ini tidak ada anak yang berkelahi di ponpes. Menurutnya, ada sanksi tegas bagi santri yang berkelahi.
Baca Juga:
Seorang Pria di Riau Nekat Akhiri Hidupnya Dengan Cara Gantung Diri
"Seharusnya ini kami keluarkan. Kemudian memang sama anak kita mendidik dengan hati, kami sayang sama mereka. Benar itu memang dipukul," katanya.
Antoni mengatakan sanksi dipukul sejak awal sudah disampaikan kepada anak dan wali. Mereka yang tidak bersedia tak diluluskan masuk ke ponpes tersebut.
"Dari awal sudah kita sampaikan. Saat kita wawancara kita bawa rotan, kalau anak ini melanggar aturan, ya dirotan. Kalau nggak bersedia, ya tidak kita luluskan. Sudah ada pernyataan di atas meterai itu," katanya.
Dia mengatakan A merupakan santri yang baru pindah dari Pekanbaru. Antoni mengatakan juga masih punya hubungan keluarga dengan A.
"Anak ini pindahan dari Pekanbaru, masih keluarga, saya yang bawa. Kesalahannya, saya bawa tanpa ada buat pernyataan tertulis karena keluarga. Secara lisan kami sampaikan. Seluruh santri baru semua pakai pernyataan. Jadi yang tidak setuju ya tidak lulus," katanya.
"Kenapa banyak luka lebam, karena setiap hari dia melanggar. Kami punya catatan peraturan apa yang dilanggar, tentu banyak hukumannya," sambung Antoni.
Dia mengaku akan menyelesaikannya masalah dugaan penganiayaan ini secara kekeluargaan. Dia mengatakan bakal menemui kakek, paman, dan keluarga korban.
Sebelumnya, santri di SMP Islam Terpadu di Riau, A, diduga menjadi korban penganiayaan. Ada sejumlah luka memar di tubuh A. Orang tuanya, Yusriadi, mengaku tak terima karena anaknya dianiaya ustaz sehingga melapor ke Polsek Peranap.
Yusriadi mengaku anaknya diduga dianiaya sejak Oktober lalu. Dia menduga anaknya dianiaya lantaran tidak bisa bahasa Arab dan dipukuli pakai rotan hingga memar.
"Jumat (29/10), anak saya ini ternyata sudah tumbang, dibawa ke klinik. Diobati biar orang tua tidak tahu, dikasih istirahat selama dua hari," katanya.
Setelah sehat, korban kembali belajar seperti biasa. Namun, katanya, A kembali kena pukul berulang kali dan pasrah.
"Kamis anak puasa, sudah nanggung. Jadi puasa ngomong juga karena sudah pasrah, kena pukul juga lagi sampai memar-memar semua badan anak saya," katanya. (tum)