"Minggu (7/11) kemarin saya datang ke sana untuk melihat. Tetapi jalan dia sudah tengkak (pincang), duduk susah, saya jadi curiga, tapi berusaha ditutupi sama anak," katanya.
Setelah Zuhur, Yusriadi bertemu dengan teman-teman anaknya di masjid. Mereka memberi tahu bahwa anaknya baru saja dipukul sang ustaz berulang kali.
Baca Juga:
Kunjungi Pengelolaan Sampah di Malaysia, Agung Nugroho Siap Implementasikan di Pekanbaru
"Ada anak santri lain cerita juga katanya anak saya dihazab kemarin sama ustaz. Tapi anak saya terus menutupi. Lalu saya mau ajak pulang tidak boleh sama pondok, saya ajak anak mau pulang, saya paksa dan bilang mau cek mata," katanya.
Esok harinya, saat salat Subuh, sang anak kembali tertidur lelap di lantai tanpa baju. Yusriadi melihat banyak luka memar di tubuh korban. Setelah dipaksa, barulah korban bercerita sambil menangis ketakutan.
Pria yang akrab disapa Ayus itu kemudian mengusut penganiayaan yang berulang kali menimpa anaknya. Bahkan, saat melapor ke pondok malah jawaban tak enak yang diterima.
Baca Juga:
Seorang Pria di Riau Nekat Akhiri Hidupnya Dengan Cara Gantung Diri
"Saya runding dengan pihak pondok, tidak ada jawaban. Alasan sudah aturan pondok, saya bilang saya tidak pernah dikasih tahu," kata Iyus.
"Ada ustadz, saya tanya malah dia bilang 'Ya kalau tidak senang, silakan lapor, silakan visum, lapor saja', jadi seperti diremehkan. Ini murni saya mencari keadilan untuk anak saya, saat ini saya melapor ke Mapolsek Peranap," kata sambil menangis tersedu-sedu.
Saat dimintai konfirmasi, polisi membenarkan soal kasus dugaan penganiayaan yang dilaporkan ayah santri.