Ia menyampaikan apresiasi kepada Pertamina dan Pertamina Hulu Energi dan khususnya juga PHR. Setelah Chevron dua tahun lalu beralih ke PHR, kegiatannya luar biasa berubah dan masif.
Saat ini pengeboran di PHR sendiri sudah di atas 500-600 sumur selama lebih dari dua tahun tidak ada pengeboran.
Baca Juga:
Antusiasme Masyarakat Menggala 5 Sambut dan Dukung Afrizal Sintong dan Sepenuhnya.
Maka per bulan PHR itu mengebor 40 sumur sehingga tiap hari itu bisa ada pengeboran perdana. Jadi bisa dirasakan bagaimana pergerakan dan dampak dari PHR kepada daerah dan juga kepada pengusaha-pengusaha kecil di Riau.
"PHR bukan hanya menyetop penurunan, tetapi sudah bisa naik lagi produksinya. Di waktu terakhir ini sudah 162-165.000 barel permukaan hari dan itu nomor satu penghasil minyak terbesar di Indonesia sekarang. Ini membuktikan Pertamina tidak kalah dengan Chevron," sebutnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan bahwa saat ini Indonesia masih yang mengimpor kurang lebih 1 juta barel minyak dan jumlah ini akan terus meningkat, sedangkan produksi saat ini berkisar 700-800 ribu barel per hari. Maka dari itu negara harus berhitung dan saat ini Indonesia telah memiliki jawabannya.
Baca Juga:
Sat Narkoba Polres Rohil Amankan Narkoba di Penginapan Anggrek Bagan Sinembah
"Potensi itu harus bisa kita manfaatkan. Kalau kita tidak melakukan apa-apa, kita akan terbebani oleh importasi dan ini menyedot devisa demikian banyak. Kita harus berupaya keras untuk bisa mengurangi ketergantungan importasi. Dengan pertumbuhan yang 6 persen kita bisa bayangkan dalam 10 tahun berapa importasi migas kita kalau kita tidak melakukan apa-apa," ujarnya.
Dalam perjalanan itu ada satu keuntungan yang menjadi dorongan untuk bisa mengurangi ketergantungan migas. Keuntungan itu adalah transisi energi yang meminta untuk mengurangi pemanfaatan energi fosil yang berasal dari cairan dan gas menuju elektrifikasi.
Untuk berpartisipasi di dalam target capaian emisi nol, pengurangan impor, dan peningkatan produksi bisa berjalan seiring. Masih ada potensi migas yang ada di dalam tanah Riau sebanyak 1,86 miliar barel yang bisa membantu, tergantung impor dan transisi energi.