Selain itu, peningkatan stok minyak di Malaysia juga berdampak pada kompleks minyak nabati secara keseluruhan, sehingga minyak kelapa sawit terus mengalami tekanan. Harga kedelai juga berpotensi mengalami kerugian dalam minggu tersebut karena pasokan dari tanaman segar di Amerika Selatan semakin bertambah.
Melansir CNBC Indonesia, pada akhir pekan lalu, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,8%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 0,2%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,3%.
Baca Juga:
Uang Rp60 Miliar Mengalir ke Ketua PN Jaksel demi Bebaskan Korporasi Sawit
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Selain itu, pemicu melemahnya harga CPO karena kekhawatiran atas peningkatan pasokan melebihi dukungan dari data ekspor yang kuat.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 September naik 2,4% dari 1-20 Agustus, surveyor kargo Intertek Testing Services mengatakan pada Rabu (20/9/2023).
Baca Juga:
Lahan Sawit Ilegal 3,5 Juta Hektare, DPR Siapkan Solusi Pemutihan
Sementara, perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia mengatakan ekspor pada periode yang sama naik 1,8%.
Dari sisi mata uang, setidaknya ada angin positif. Ringgit (MYR), mata uang perdagangan sawit, bertahan stabil terhadap dolar pada 4,69. Melemahnya ringgit membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.
Sementara, indeks harga konsumen (CPI) Malaysia naik 2,0% pada bulan Agustus dari periode yang sama tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan pada Jumat (22/9/2023).