Riau.WahanaNews.co - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange kembali mengalami penurunan sebesar 2,75% pada pekan ini.
Ini merupakan pekan ketiga berturut-turut di mana harga CPO ditutup dengan penurunan. Terdapat beberapa faktor negatif yang masih mempengaruhi harga CPO.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Berdasarkan informasi dari Refinitiv, selama lima hari perdagangan terakhir, harga CPO hanya mengalami kenaikan sekali, yakni pada akhir pekan, sedangkan pada kesempatan lainnya harga CPO menunjukkan penurunan.
Pada hari Jumat (22/9/2023), harga CPO berhasil mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,08%, mencapai posisi MYR 3.681.
Seiring dengan itu, harga CPO telah turun ke level 3.600 setelah sebelumnya sempat mencapai level 3.800 pada tanggal 8 September 2023.
Baca Juga:
Kejagung Geledah Kantor KLHK Terkait Dugaan Korupsi Kelapa Sawit Senilai Ratusan Miliar
Penurunan harga CPO dipicu oleh sejumlah faktor, yang membuatnya menjadi fluktuatif tetapi secara keseluruhan menunjukkan tren koreksi.
Salah satu faktor yang memengaruhi adalah pergerakan harga minyak yang serupa, yang belakangan juga mengalami penurunan.
Sandeep Singh, direktur perusahaan perdagangan dan konsultasi The Farm Trade yang berbasis di Kuala Lumpur, menyebutkan bahwa harga kedelai berjangka turun karena panen di AS yang semakin meluas dan kekhawatiran terhadap situasi ekonomi.
Selain itu, peningkatan stok minyak di Malaysia juga berdampak pada kompleks minyak nabati secara keseluruhan, sehingga minyak kelapa sawit terus mengalami tekanan. Harga kedelai juga berpotensi mengalami kerugian dalam minggu tersebut karena pasokan dari tanaman segar di Amerika Selatan semakin bertambah.
Melansir CNBC Indonesia, pada akhir pekan lalu, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,8%, sedangkan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 0,2%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 0,3%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Selain itu, pemicu melemahnya harga CPO karena kekhawatiran atas peningkatan pasokan melebihi dukungan dari data ekspor yang kuat.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 September naik 2,4% dari 1-20 Agustus, surveyor kargo Intertek Testing Services mengatakan pada Rabu (20/9/2023).
Sementara, perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia mengatakan ekspor pada periode yang sama naik 1,8%.
Dari sisi mata uang, setidaknya ada angin positif. Ringgit (MYR), mata uang perdagangan sawit, bertahan stabil terhadap dolar pada 4,69. Melemahnya ringgit membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.
Sementara, indeks harga konsumen (CPI) Malaysia naik 2,0% pada bulan Agustus dari periode yang sama tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan pada Jumat (22/9/2023).
Namun perlu diketahui, pelemahan harga minyak saingannya, pergerakan ringgit, data supply dan demand dari negara mitra dagang tentu mempengaruhi harganya.
Jika permintaan kuat didukung data ekspor yang kuat tentu harganya akan positif, tapi jika permintaan lesu, pasokan meningkat harganya tentu akan ikut lesu.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]