Dalam riset ini, para peneliti memperhatikan daya yang dibutuhkan oleh motor dan mengaplikasikan penggunaan kill-switch pada motor serta komponen lainnya untuk mengatur jumlah buah yang masuk dan keluar dari kettle digester.
"Keberhasilan riset ini akan dievaluasi melalui beberapa parameter, termasuk delay algoritma, kesalahan algoritma, kerugian minyak, dan kualitas biji," ungkapnya.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Harapannya, lanjut dia, hasil riset ini akan membantu meningkatkan produktivitas pabrik kelapa sawit dengan memastikan bahwa stasiun digester beroperasi secara optimal.
"Selain peningkatan produktivitas, riset ini juga membuka peluang untuk mengembangkan paket teknologi yang dapat dioperasikan dari jarak jauh melalui perangkat seperti ponsel pintar," sebutnya.
Jika terbukti efektif dalam mengurangi kerugian CPO dan terbukti layak secara ekonomis, teknologi ini akan diadopsi di berbagai PKS PTPN Group lainnya, yang akan menghasilkan standar baru dalam industri kelapa sawit.
Baca Juga:
Kejagung Geledah Kantor KLHK Terkait Dugaan Korupsi Kelapa Sawit Senilai Ratusan Miliar
Langkah-langkah inovatif ini sejalan dengan program digitalisasi yang saat ini sedang diperkuat oleh PTPN V melalui inisiatif E-Plantation.
Integrasi ini mencakup penggunaan teknologi Geospatial Based, Internet of Things, enterprise resource planning (ERP Based), serta aplikasi berbasis Mobile & Web.
Menurut Jatmiko Santosa, digitalisasi adalah langkah yang tidak dapat dihindari untuk tetap kompetitif dan menghadapi perubahan di masa depan.