Lalu gas rumah kaca dari transportasi sebanyak 21 persen, kebakaran 12 persen, limbah pabrik 11 persen, pertanian 5 persen, dan industri 3 persen.
Akibat pelepasan emisi karbon semakin banyak, suhu bumi naik hampir 1,2 derajat celcius dibanding masa praindustri 1800-1850.
Baca Juga:
PLN Lakukan Berbagai Inisiatif Jalankan Arahan Presiden untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Akibatnya adalah gelombang panas, suhu dan cuaca ekstrem, musim yang menyeleweng, badai, topan, curah hujan yang intens, dan bencana hidrometeorologi lain yang acap terjadi selama 2022.
Sebagai pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia, pengelolaan hutan Indonesia jelas berpengaruh pada hilangnya simpanan karbon menjadi gas rumah kaca penyebab krisis iklim.
Alih fungsi hutan (deforestasi), baik oleh penebangan, pembakaran, atau penggundulan untuk tujuan nonkehutanan menjadi penyebab utama hilangnya karbon hutan.
Baca Juga:
Aktor Pemicu Longsor India yang Tewaskan 108 Orang Diungkap Ahli
Pemanasan suhu bumi, kenaikan muka air laut, terjadinya banjir dan juga badai karena perubahan iklim akan membawa perubahan besar pada habitat sebagai rumah alami bagi berbagai spesies binatang, tanaman, dan berbagai organisme lain.
Perubahan habitat akan menyebabkan punahnya berbagai spesies, baik binatang maupun tanaman, seperti pohon-pohon besar di hutan yang menjadi penyerap utama karbon dioksida.
Hal ini disebabkan mereka tidak sempat beradaptasi terhadap perubahan suhu dan perubahan alam yang terjadi terlalu cepat.