“Terlalu banyak shell shell company yang tidak efisien dan tidak efektif. Jadi buat apa kita punya, kan kadang-kadang begini, holding nya sehat tapi dibuatlah anak cucu yang menyedot daripada keuntungan dari pada holdingnya. Nah ini yang harus kita bongkar dan stop dan kurangi,” katanya kepada wartawan di gedung Kementerian BUMN, Rabu (1/12).
Erick merinci jumlah yang dipangkas dari tiga perusahaan besar. Diantaranya, 26 perusahaan dari Pertamina, 24 perusahaan dari PTPN Group, serta 13 perusahaan dari Telkom.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Erick menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tak boleh terjadi, pasalnya sebagai lokomotif keuangan ekonomi BUMN harus kuat dan sehat.
“Terus selama tidak ada efisiensi kita harus lakukan. ini baru 74 (perusahaan), kita akan terus. Ini tadi saya jabarkan yang diingat saya ya, itu di Telkom di Pertamina di PTPN. Pasti di banyak lainnya masih ada hal-hal yang tidak efisien, kita harus lakukan itu,” katanya.
Garuda Indonesia bakal membuka rute baru Denpasar-Bali ke Chengdu Tiongkok dengan frekuensi empat kali seminggu dengan pesawat Airbus.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Perusahaan BUMN lainnya yang sempat diisukan bakal ditutup adalah PT Garuda Indonesia Tbk, karena bangkrut (technically bankrupt) karena posisi keuangan sudah negatif USD 2,8 miliar.
Namun Kementerian BUMN tetap mencari jalan untuk menyelamatkan Garuda Indonesia. Isu penutupan Garuda Indonesia juga sempat menuai pro dan kontra di antara masyarakat.
Penutupan Perusahaan Negara Pendapatan Di Bawah Rp 50 M