"Tetapi saya mendapatkan kesan bahwa sekarang sulit untuk melakukan dialog karena Direktur Utama berkantor di Jakarta untuk mengendalikan wilayah kerja di Sumatera. Jadi, jika kami ingin berdialog di Riau, nantinya akan diwakili oleh manajer yang bertugas di Blok Rokan. Dalam hati saya, ini menunjukkan betapa elitnya Direktur Utama PT PHR saat ini, betapa birokratisnya," lanjutnya.
Diketahui bahwa Direktur Utama PT PHR saat ini, Chalid Said Salim, yang menggantikan Jaffee Arizon Suardin, berkantor di Jakarta dan hanya jarang datang ke Riau. Padahal, di lapangan, terdapat banyak masalah yang perlu diselesaikan.
Baca Juga:
Jasa Marga Raih Penghargaan Bergengsi ‘Indonesia Most Powerful Women Awards 2024’
Masyarakat Riau kini menyadari bahwa peluang untuk mendapatkan pekerjaan di Blok Rokan bagi perusahaan-perusahaan lokal sangat terbatas.
"Jangan bicara main-contractor, sub-con saja susah. belum lagi masalah keberpihakan dalam pemanfaatan tenaga kerja lokal."
Beberapa teman pengusaha, sambungnya, mengatakan untuk mendapatkan kontrak pekerjaan lebih enak di era PT Chevron dulu. Termasuk juga program-program community development.
Baca Juga:
Buntut Kritik PSN PIK 2, Said Didu Penuhi Panggilan Polisi
"Okelah sekarang era digital, orang berkantor di mana saja bisa. Kalau begitu kenapa PHR harus berkantor di Jakarta? Kenapa tidak berkantor di Riau saja? Kan komunikasi IT yang serba canggih yang dimiliki oleh PHR bisa setiap saat berkomunikasi dengan pihak-pihak lain di Jakarta," tegasnya.
"Mr President Jokowi, please, kangan biarkan PT PHR berpikir tak masuk akal atau cari-cari alasan, suruh mereka berpikir sederhana saja. Dirut PT PHR harus berkantor di Riau, lebih hemat, semua masalah bisa selesai lebih cepat, lebih bermanfaat bagi masyarakat. Kalau tak mau, dirutnya ganti cepat," tukasnya.
Sebelumnya, dilaporkan oleh Kompas.com bahwa Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, berkeinginan agar seluruh kantor anak usaha Pertamina dipindahkan ke wilayah operasional sesuai dengan sektor bisnis mereka.