2. Sistem peremajaan bertahap
Pada sistem peremajaan bertahan, petani masih mendapatkan penghasilan dari tanaman tua yang belum diremajakan. Namun, teknik peremajaan ini tidak cocok diterapkan pada lahan perkebunan sawit yang tidak luas.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
Misalnya kebun plasma atau swadaya. Sebab akan mengeluarkan biaya dan waktu yang lebih. Jika diaplikasikan kepada lahan sawit dengan luasan 100 Hektar dan dibagi per 10 atau per 20 hektar yang dilakukan replanting cara ini lebih efisien.
3. Sistem tumpang sari
Sistem tumpang sari merupakan sistem peremajaan sawit sambil mendapatkan alternatif penghasilan dari produksi tanaman sela. Cara ini membuat tanaman muda tumbuh dengan baik tanpa gangguan.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Bahkan, residu tanaman sela juga bisa memberi suplai hara pada tanaman inti. Namun, perlu ada pengelolaan intensif sehingga hasil tanaman sela juga dapat dijual di pasar. Sistem tumpang sari ini biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki lahan sawit maksimal 10 hektar.
4. Sistem underplanting
Dengan sistem underplanting, peremajaan tanaman kelapa sawit tidak memutus pendapatan pemilik kebun karena masih bisa memperoleh hasil dari tanaman tua. Namun, kelemahannya adalah dapat membuat tanaman muda mengalami gangguan pertumbuhan.