Riau.WahanaNews.co - Tanaman perkebunan kelapa sawit di Bengkulu ngetrek. Hasil panen sawit petani di Bengkulu merosot hingga 70 persen.
Musim trek sawit di Bengkulu ini dipicu musim kemarau yang tak kunjung berakhir.
Baca Juga:
GAPKI Desak Pembentukan Badan Sawit Nasional di Bawah Pemerintahan Prabowo
Tanaman sawit kekurangan air dan tidak berbuah. Buah yang dipanen petani saat ini merupakan buah yang muncul sebelum musim kemarau terjadi beberapa waktu lalu.
Diprediski musim ngetrek sawit di Bengkulu ini masih akan terjadi hingga beberapa bulan kedepan.
Puncaknya diprediksi terjadi pada bulan Januari hingga maret 2024.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Jika kemarau di Bengkulu berakhir pada November 2023 ini, maka tanaman kelapa sawit baru akan mengeluarkan buah baru pada bulan desember, buah itu paling cepat bisa dipanen empat bulan kemudian.
Treknya buah kelapa sawit di Bengkulu membuat sejumlah petani mengeluh. Walaupun saat ini harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tinggi, tetapi hasil panen yang sedikit tetap saja membuat petani kesulitan.
“Biasanya hasil panen per hektar itu tidak kurang dua ton. Namun sekarang hanya tinggal 500 sampai 600 kilogram saja, atau merosot hingga 70 persen. Ini sangat memprihatinkan, karena penghasilan petani turun drastis,” ujar Edison (45) petani sawit Desa Tungal 1 Kecamatan Pino Raya, dikutip Selasa (17/10/2023).