Dwikorita bahkan mengungkap ada percepatan kenaikan suhu global berdasarkan pengamatan lembaga-lembaga di 193 negara. Jika ini terjadi, bencana makin banyak terjadi, termasuk kekeringan.
"Namun menurut data global dan beberapa pembahasan pakar-pakar dunia dan Indonesia, kali ini dikhawatirkan tidak perlu 10 tahun untuk naik 0,3 [derajat C], bisa lebih cepat," ungkap dia.
Baca Juga:
Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis: Wilayah RI Terdampak hingga Agustus 2024
"Sehingga di Indonesia kami memprediksi di akhir abad 21 kenaikannya bisa mencapai 3,5 derajat Celcius. Artinya, 3 kali dari saat ini."
"Bisa dibayangkan bagaimana frekuensi kejadian bencana akan melompat berapa kali durasi akan lebih panjang dan intesitasnya lebih kuat lalu dampak terhadap tentang air," tuturnya.
Bencana kekeringan ini bakal tak pandang bulu, baik negara berkembang atau maju. Memang, kata Dwikorita, proyeksi-proyeksi iklim tak mendeteksi titik kekeringan parah itu di Indonesia.
Baca Juga:
BMKG Imbau Wilayah di Jawa Tengah Waspadai Kekeringan Saat Puncak Musim Kemarau
"Di Indonesia alhamdulillah tidak terdeteksi, tapi tidak boleh happy dulu. Karena ini data global, secara lokal pasti ada [hotspot kekeringan]," ia mewanti-wanti.
Jika itu tak diantisipasi, bencana lanjutannya adalah kekurangan pangan.
"Diproyeksikan di tahun 2050 atau 2045 di kala Indonesia mengalami masa emas dengan data global tadi, diproyesikan dengan asumsi kita gagal memitigasi perubahan iklim maka dari sumber pangan dunia akan terdampak."