"Mereka tidak terima baik melakukan perlawanan, ada yang melempar sehingga kami lakukan pembubaran karena sudah mulai anarkis dan mengganggu ketertiban umum dan mengganggu hak org lain," katanya.
Bawa Peti Mati
Dalam aksi tersebut, ratusan pengungsi asal Afghanistan meminta IOM dan UNHCR bertanggung jawab atas meninggalnya salah satu rekan mereka akibat bunuh diri karena depresi di pengungsian. Mereka membawa peti mati.
Baca Juga:
Dalam Sepekan Terakhir, Pengungsi di Sudan Meningkat Dua Kali Lipat
Salah satu imigran Afghanistan, Husin mengatakan sejumlah pengungsi mengalami depresi karena tak ada kejelasan pemindahan ke negara ketiga.
Menurutnya, setidaknya terdapat lima belas pencari suaka mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri baik di Pekanbaru maupun di sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
"Kami sudah berapa kali demo minta tolong pindahkan (ke negara ketiga). IOM dan UNHCR mohon jelaskan tujuan hidup kita. Kemarin itu ada teman mati bunuh diri karena stres proses ke negara ketiga lama. Sudah lama tinggal di Indonesia tidak tahu tujuan hidup," katanya.
Baca Juga:
Sekda Riau Lapor Polisi, 3 Mahasiswa Jadi Tersangka
Sementara ratusan pengungsi Afghanistan menggelar aksi di Jakarta. Mereka memadati kawasan Monas, Jakarta Pusat. Namun, aparat kepolisian melarang massa aksi long march menuju Kantor Amnesty Internasional Indonesia, di Menteng.
Pengungsi Afghanistan tetap mencoba menerobos barikade kepolisian untuk tetap melakukan long march. Polisi menahan mereka. Terlihat sejumlah anak-anak dan orang tua terhimpit dalam peristiwa adu dorong tersebut.
Massa aksi yang berhasil meloloskan diri dari barikade nampak dipukul mundur oleh polisi. Adu mulut kembali terjadi antara aparat dengan koordinator aksi. Polisi kemudian meminta agar para pengungsi melanjutkan aksinya dengan menaiki bus menuju Kantor Amnesti Internasional.