Riau.WahanaNews.co | PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat terus mendukung tercapainya target net zero emission pada 2060, salah satunya melalui uji coba pemanfaatan bonggol jagung sebagai substitusi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumbawa Barat.
Manager PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Tambora, Wayan Budi Laksana, di Mataram, Senin, mengatakan PLTU Sumbawa Barat adalah salah satu PLTU dalam sistem kelistrikan di NTB, yang menerapkan co-firing.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Co-firing merupakan teknik substitusi dalam pembakaran PLTU, di mana sebagian batu bara yang dijadikan bahan bakar diganti sebagian dengan bahan lainnya, yang dalam konteks ini adalah biomassa.
Ia menambahkan PLTU Sumbawa Barat berkapasitas 2x7 mega watt (MW) memanfaatkan limbah domestik yaitu bonggol jagung yang telah diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan bakar alternatif guna peningkatan kualitas produksi listrik dan rantai pasok energi primer pada PLTU.
"PLN saat ini berfokus dalam transisi energi melalui peningkatan bauran energi baru terbarukan. Dalam tahapannya, PLN juga menerapkan green booster yang di dalamnya meliputi implementasi co-firing pada PLTU. Di sisi lain, Sumbawa dikenal sebagai penghasil jagung yang melimpah untuk komoditas pertanian," katanya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Proses co-firing, kata Wayan, menggunakan biomassa bonggol jagung dilakukan secara terus menerus sejak Mei 2022 sampai dengan saat ini dengan persentase campuran biomassa yang terus meningkat.
Dengan melakukan co-firing menggunakan bonggol jagung, PLTU Sumbawa Barat dapat memproduksi energi listrik sebesar 300 MWh yang disalurkan ke pelanggan di Pulau Sumbawa.
Proses co-firing adalah proses penambahan biomassa sebagai substitusi sebagian batu bara atau campuran batu bara di PLTU. Persentase penggunaannya dilakukan bertahap sebesar tiga persen di awal-awal percobaan.