"Kemudian terus kami tingkatkan sebesar lima persen, 25 persen hingga 50 persen dari kebutuhan bahan bakar sudah dilakukan sejak Mei 2022 di PLTU Sumbawa. Hingga di bulan ini, kami melaksanakan performance test dengan bahan baku 100 persen bonggol jagung," ujarnya.
Yang menggembirakan, menurut dia, penggunaan biomassa itu terbukti mampu menghemat biaya dan penyediaan pasokan biomassa untuk co-firing juga didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan pihak terkait dengan memberdayakan pasokan biomassa dari petani di Pulau Sumbawa, sehingga kontinuitas co-firing dapat terus berjalan.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Wayan juga menjelaskan selama Mei-Agustus 2022, PLTU Sumbawa telah menggunakan 1.196,85 ton atau lima persen biomassa dan berhasil menekan biaya hingga Rp316 juta.
"Ke depannya, kami akan terus meningkatkan biomassa dalam proses co-firing. Tidak hanya menggunakan bonggol jagung, PLTU Sumbawa juga akan menggunakan potensi biomassa yang lain seperti woodchip pohon kaliandra, pohon gamal, dan pohon lamtoro," katanya.
Sekretaris Daerah NTB, Lalu Gita Ariadi, mengapresiasi langkah dan kinerja PLN yang dinilai positif. Tak hanya keandalan, namun komitmen PLN untuk pemanfaatan energi baru terbarukan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Ia juga berharap akan banyak investor yang akan akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB di dalam peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan.
"Terima kasih atas berbagai prestasi yang telah diraih. Semoga ke depan pemanfaatan greeen energy akan menghadirkan kehidupan di NTB, yang lebih sehat dan lebih bersih di masa yang akan datang," ucap Gita.[gab]