Riau.WahanaNews.co - Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi kinerja keuangan emiten CPO akan mendapatkan dukungan dari naiknya harga minyak sawit karena musim kemarau berkepanjangan. Akibat dari fenomena cuaca kering yaitu El Nino. Dua saham diunggulkan bakal cuan, yaitu LSIP dan AALI.
Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan mengatakan, El Nino diprediksi akan menekan kinerja operasional perkebunan sawit. Tetapi terhambatnya produksi akan membuat harga minyak sawit mentah (CPO) dunia berpotensi terangkat karena penurunan produksi tersebut.
Baca Juga:
Distan Banten Siapkan 1.012 Pompa Air Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
“Fenomena El Nino memengaruhi permintaan minyak nabati dunia, salah satunya CPO karena produksinya atau suplainya turun di tingkat global dan kemudian mendongkrak harga komoditas tersebut di pasaran,” ujar analis yang akrab disapa Darma, dikutip Rabu (13/9/2023).
Darma menambahkan, harga CPO sudah naik menjadi di kisaran 3.800 Ringgit Malaysia per ton sejak Juni hingga beberapa hari terakhir.
Sejak awal tahun, rerata harga CPO berada pada kisaran 3.900 Ringgit Malaysia per ton dan sudah turun sekitar 12%. Sempat turun hingga kisaran 3.300 Ringgit Malaysia per ton di Juni tetapi kembali naik hingga awal bulan ini.
Baca Juga:
Ancaman La Nina Tak Seburuk Dugaan, BMKG Ungkap Sisi Positif Tersembunyi
Menurut Darma, faktor selanjutnya adalah masih lebih rendahnya harga CPO dibanding harga minyak nabati lainnya seperti minyak rapa (rapeseed), minyak kacang kedelai, dan minyak biji matahari. Dengan demikian, ada kemungkinan permintaan atas CPO juga akan meningkat.
“Sebagian besar emiten CPO akan menerima dampak positif dari kenaikan harga komoditas yang masuk ke dalam kategori bahan makanan (soft commodity) itu,” ujar Darma.
Darma memprediksi, dampak El Nino masih akan terjadi dan akan membuat harga CPO naik lagi hingga akhir tahun. Namun, sangat kecil kemungkinan akan kembali ke atas level 4.600 Ringgit Malaysia per ton atau sekitar US$ 1.000 per ton, seperti pada rentang 2021-2022.