Riau.WahanaNews.co, Jakarta - Harga minyak kelapa sawit (CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami penguatan pada awal sesi perdagangan pekan ini, melanjutkan tren kenaikan yang telah terjadi sejak pekan lalu.
Menurut data dari Refinitiv, harga CPO pada awal sesi perdagangan tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,24%, mencapai MYR 3.768 per ton pada pukul 10:00 WIB. Peningkatan ini didorong oleh momentum positif yang telah berlangsung sejak pekan lalu, dengan harga sekarang berada di kisaran 3.700.
Baca Juga:
Harga CPO Turun Terdampak Upaya Diplomatik Israel-Hamas
Pada sesi perdagangan Jumat pekan lalu (13/10/2023), harga CPO mengalami kenaikan tajam sebesar 2,72% dan mencapai MYR 3.737 per ton. Selama pekan tersebut, harga CPO mengalami kenaikan sebesar 3,81%. Namun, secara bulanan masih mengalami koreksi sebesar 0,8%, dan tahunan turun sekitar 10,47%.
Kenaikan harga CPO ini sejalan dengan kenaikan harga minyak kedelai yang menjadi saingannya. Penguatan juga didukung oleh pelemahan mata uang Malaysia serta peningkatan permintaan dari Tiongkok.
Seorang pedagang minyak nabati berbasis di Mumbai mengungkapkan, "Minyak sawit saat ini berada dalam kondisi oversold (jenuh jual), dan minyak ini mendapatkan dukungan dari pelemahan mata uang Malaysia dan peningkatan permintaan dari Tiongkok."
Baca Juga:
Luhut Sebut 7,5 Juta Hektare Sawit Indonesia Tak Lunasi Pajak
Minyak saingannya, minyak kedelai berjangka di Chicago Board of Trade BOc2 melonjak 1,87%, pada 10.20 GMT, setelah pemerintah AS menurunkan perkiraan produksi AS lebih jauh dari perkiraan para analis.
Di sisi lain, ringgit Malaysia (MYR) turun 0,32% terhadap dolar AS pekan lalu. Lemahnya ringgit, mata uang perdagangan sawit, biasanya membuat minyak tropis lebih murah bagi pembeli asing.
Dari sisi ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-10 Oktober naik 12,5% menjadi 29,6% dari bulan sebelumnya, menurut data surveyor kargo.
Kenaikan harga minyak mentah juga mendukung harga minyak nabati karena penguatan minyak mentah menjadikan minyak sawit sebagai pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Dari dalam negeri, sebagaimana diketahui jelang akhir pekan lalu Indonesia meluncurkan bursa berjangka minyak sawit mentah (CPO) pada hari Jumat, namun tidak mewajibkan ekspor melalui bursa tersebut.
Mengantisipasi bahwa Jakarta akan mewajibkan ekspor, penjual Indonesia bergegas membersihkan persediaan. Namun, dengan skenario saat ini, kecil kemungkinannya penjualan akan menjadi agresif, sehingga dapat memberikan dukungan terhadap harga.
Melansir CNBC Indonesia, pasar telah memperhitungkan faktor-faktor seperti peningkatan cadangan minyak sawit dan pasokan yang melimpah di India dan tidak ada berita bearish baru yang akan menjaga pasar tetap berada di bawah tekanan, kata broker yang berbasis di Kuala Lumpur.
Stok minyak sawit Malaysia pada akhir September naik 9,6% mencapai level tertinggi dalam 11 bulan sebesar 2,31 juta ton, data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan pada hari Selasa.
Impor minyak sawit India yang merupakan pembeli terbesar pada bulan September turun 26% bulan ke bulan menjadi 834.797 metrik ton, terendah dalam tiga bulan, sebuah badan perdagangan mengatakan pada hari Jumat.
Membanjirnya minyak bunga matahari murah dari Rusia dan Ukraina memberikan tekanan pada harga minyak sawit karena kedua produsen utama tersebut memanfaatkan depresiasi mata uang untuk meraih pangsa pasar minyak nabati yang lebih besar.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]