Tak lama setelah pindah, duka kembali menyelimuti. Sang suami meninggal dunia, meninggalkan Jumiah yang semakin renta bersama dua anaknya yang putus sekolah sejak tingkat SD. Kedua anak itu kini bekerja serabutan, apa pun yang bisa menghasilkan uang, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, Jumiah sendiri tak lagi mampu bekerja karena usia dan kondisi kesehatannya. Hari-harinya dihabiskan di dalam rumah sempit tanpa jendela, dengan satu lampu kecil yang menyala dari PLTS sederhana.
Baca Juga:
Polres Rohil Ungkap 79,98 Kilogram Sabu, Kurir Residivis Kembali Ditangkap
Meski berkali-kali masuk pendataan sebagai warga miskin ekstrem, Jumiah mengaku jarang tersentuh bantuan, baik dari pemerintah pusat maupun desa. Ia baru merasakan sedikit keringanan setelah menerima BLT Kesra beberapa waktu lalu.
Namun bantuan itu belum cukup menjawab kebutuhan dasarnya. Jumiah berharap pemerintah dapat membantunya memperoleh listrik dan rumah layak huni. Kondisi tempat tinggalnya saat ini berada di atas tanah milik PU, membuat rasa aman dan kenyamanan semakin terbatas.
Warga Teluk Piayai mengenal Jumiah sebagai sosok sabar yang tidak pernah meminta lebih dari kebutuhannya. Mereka berharap pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, dapat memberikan perhatian khusus terhadap kondisi keluarga ini.
Baca Juga:
LSM KPK Independen Soroti Pembangunan Los Baru di Pasar Tradisional Kubu
Di tengah hiruk-pikuk kendaraan yang melintas setiap hari, ada sebuah rumah kecil yang menunggu kepedulian. Menunggu cahaya, menunggu tempat tinggal yang layak, dan menunggu kesempatan hidup yang lebih manusiawi untuk seorang janda tua yang masih berjuang di sisa usianya.
[Redaktur: Adi Riswanto]