Riau.WahanaNews.co - Meski hujan segera turun merata di mayoritas wilayah Indonesia dan meredakan kekeringan cukup parah tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatollogi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan ini semua baru tahap awal.
"Ancaman kekeringan kali ini ibaratnya baru bagian pendahuluan," cetus Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam acara Forum Merdeka Barat 9, yang disiarkan secara daring, dikutip Selasa (17/10/2023).
Baca Juga:
BPBD Laporkan 863 Desa di Jatim Alami Kekeringan Ekstrem
Dwikorita memaparkan, kekeringan tahun ini setara dengan yang terjadi pada 2019. Kedua periode kekeringan ini sama-sama dipicu oleh fenomena iklim yang mengeringkan curah hujan, El Nino dan Indoan Ocean Dipole (IOD), yang terjadi bersamaan atau superposisi.
Khusus El Nino, ia memprediksi fenomena yang dimulai pada Juli tahun initersebut akan berakhir pada Februari hingga Maret 2024.
"Levelnya adalah El Nino moderat. Ini setara dengan anomali yang terjadi di tahun 2019," kata dia.
Baca Juga:
Kementerian PUPR Laporkan Indonesia Butuh 300 Bendungan Baru untuk Antisipasi Krisis Air
Berdasarkan data terbaru, El Nino sudah masuk kondisi moderat (Southern Oscillation Index/SOI -10,3, Indeks NINO 3.4 +1,42). Senada, IOD dalam kondisi positif (Dipole Mode Index/DMI +1,85).
Walau selevel dengan yang terjadi pada 2019, Dwikorita mengatakan El Nino saat ini lebih terkendali.
Terlebih, dalam hitungan pekan hujan diprediksi mengguyur mayoritas wilayah yang selama ini paling terdampak kekeringan, yakni bagian selatan khatulistiwa, termasuk Pulau Jawa.