Pertumbuhan ini hanya dinikmati oleh kelompok petani yang berpenghasilan 40 persen tertinggi sebesar 328 persen, sedangkan kelompok petani 60 persen terendah justru mengalami penurunan kesejahteraan sebesar 156 persen.
Pembangunan dan perkembangan komoditas kelapa sawit di daerah Riau semakin dirasakan oleh petani, khususnya di daerah pedesaan. Ini dibuktikan dengan meningkatnya IPK petani kelapa sawit sebesar 68, yang berarti kesejahteraan petani kelapa sawit di pedesaan meningkat sebesar 68% dari sebelumnya.
Baca Juga:
GAPKI Desak Pembentukan Badan Sawit Nasional di Bawah Pemerintahan Prabowo
Tentu saja, peningkatan kesejahteraan ini bukan saja dirasakan oleh petani kelapa sawit, namun juga berpengaruh tehadap multiplier effect ekonomi di pedesaan.
Hasil penelitian Almasdi Syahza (2006) menunjukkan, aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh eksternal yang bersifat positif atau bermanfaat bagi wilayah sekitarnya.
Manfaat kegiatan perkebunan ini terhadap aspek ekonomi pedesaan, antara lain: 1) Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; 2) Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar; dan 3) Memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah.
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Beberapa kegiatan yang secara langsung memberikan dampak terhadap komponen ekonomi pedesaan dan budaya masyarakat sekitar, antara lain: 1) Kegiatan pembangunan sumberdaya masyarakat desa; 2) Pembangunan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terutama sarana jalan darat; 3) Penyerapan tenaga kerja lokal; 4) Penyuluhan pertanian, kesehatan dan pendidikan; dan 5) Pembayaran kewajiban perusahaan terhadap negara (pajak-pajak dan biaya kompensasi lain).
Artikel ini bersumber dari www.bunghatta.ac.id.
[Redaktur: Mega Puspita]