Mungkin lebih aman berada disekitar harimau yang mengaum dari pada tarian ular berbisa. Tidak ada ketenteraman. Semua harus selalu waspada, satu-sama lain sesama mereka saling mengintip dan cemburu. Bagi mereka yg berfikiran bebas, sungguh sangat melelahkan berada dilingkungan seperti itu.
Akhirnya, ketika Caligula melewati terowongan dengan pengawalan yang sangat ketat, salah seorang komandannya, “Cassius Chaerea” mencabut pedang dan menebas sang raja. Meskipun tebasannya hanya mengenai pundak kanan di pangkal leher dan tidak langsung membunuh sang raja, tetapi tindakan ini, dengan tanpa komando segera diikuti oleh para pengawal yang lain untuk menyelesaikan pembunuhan dengan mencincang sang raja.
Baca Juga:
Viral, Anak Indonesia Bertanya kepada Paus: Jika Anda Bisa Lakukan Keajaiban, Apa yang Anda Lakukan?
Itu semua terjadi secara spontan, tanpa komando.
Setelah itu, para pengawal mencari Claudilus, paman Caligula yang gemuk, agak bodoh, dan terlihat idiot dan sama sekali tidak tampan untuk diangkat menjadi raja. Mereka mengangkat Claudius karena mengharapkan Claudius hanya sebagai simbol dan tidak berbahaya bagi negara. Sungguh sebuah kebetulan, orang yang awalnya dianggap sebagai idot yang plonga-plongo, ternyata justru menjadi raja yang sangat cakap yang bisa menghadirkan kemakmuran bagi Roma.
Cassius Chaerea, tanpa rencana, hanya bermodal keberanian untuk bertindak mampu menyelamatkan Roma. Seperti biasanya dalam sejarah, satu orang yang berani dan mau bertindak mampu membelokkan jalannya sejarah dan menyelamatkan seluruh bangsa.
Baca Juga:
Ternyata Ini Sejarah Kenapa Tahun Baru Dimulai dari Bulan Januari
Sayangnya manusia tidak pernah belajar dari sejarah!
Pelajaran paling penting dari sejarah adalah: “Manusia tidak pernah belajar dari sejarah.”
Cerita seperti ini perlu diketahui dan diteruskan pada generasi mendatang sebagai “immunisasi” terhadap munculnya tirani atau diktator sejenis: Hitler, Yoseph Stalin, Polpot dan lain-lain manusia durjana yang menteror rakyatnya sendiri.