WahanaNews - Riau | Sebanyak 36 mahasiswa atau masyarakat asal Provinsi Riau yang belajar di Sudan tiba di Pekanbaru, Sabtu (29/4/2023).
Kepulangan mahasiswa tersebut disambut langsung oleh Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
Baca Juga:
Sidang Pemeriksaan Setempat PT SIP Tbk Berlangsung Aman dan Kondusif
Sebelumnya, mahasiswa Riau di Sudan terpaksa dievakuasi akibat krisis konflik bersenjata yang terjadi di Republik Sudan.
"Alhamdulillah hari ini telah kembali ke Riau sebanyak 36 orang mahasiswa Riau yang belajar di Sudan, 5 orang diantaranya tinggal dijakarta (1 orang sedang dirawat dan 4 orang beristirahat dirumah keluarganya) kemudian kembali ke Riau," jelas Gubri Syamsuar saat menanti kepulangan mahasiswa Riau di Sudan, dikutip dari laman resmi Media Center Riau, Sabtu (29/4/2023).
Dijelaskan Gubernur Syamsuar, warga negara Indonesia yang belajar di Sudan pulang menggunakan pesawat Garuda yang telah disiapkan oleh pemerintah. Kepulangan warga negara Indonesia dari Sudan akan dilakukan secara bertahap.
Baca Juga:
Gubernur Riau Dukung SMK Perkebunan Bagan Sinembah
"Hari ini alhamdulillah anak-anak kami sudah pulang semua kesini (Riau) dan orang tuanyapun sudah menunggu. Semoga peperangan di Sudan segera berakhir, karena pada saat ini semua warga yang dari berbagai negara juga harus kembali ke negara masing-masing," imbuhnya.
"Saat ini kita hanya menunggu kepulanganya secara bertahap. Nanti akan ada lagi, karena ini secara berangsur-angsur," pungkas Gubri.
Sementara, mahasiswa asal Riau yang belajar di Internasional Universiti of Afrika, Eldindahrani mengaku bersyukur bisa kembali dengan selamat ke tanah air, meskipun sempat berada didalam kondisi yang mencekam.
"Alhamdulillah kami sudah bisa melewati suasana konflik disana, yang terjadi baku senjata atau baku tembak. Sehingga tidak aman untuk kita, baik mahasiswa atau Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Sudan ataupun orang Sudan asli," Eldindahrani menurutkan.
"Setiap hari kami update hingga suatu saat keadaannya tidak bisa di toleransi atau membahayakan nyawa kami," tutupnya.[mga]