Riau.WahanaNews.co - Indonesia tengah mempersiapkan bursa crude palm oil (CPO) dan ditargetkan bisa terbentuk dalam waktu dekat. Meski RI merupakan produsen CPO terbesar di dunia, namun saat ini Indonesia berpatokan pada bursa CPO Rotterdam dan Malaysia.
Mimpi Indonesia agar membentuk bursa CPO yang menjadi patokan atau referensi harga CPO dunia memerlukan proses yang panjang. Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menilai, Indonesia memerlukan waktu panjang agar menjadikan bursa CPO bisa dipercaya dunia. Sebagai contoh, reputasi bursa CPO Malaysia sudah terbangun selama puluhan tahun.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Ngga ada kajian yang bisa menyatakan persisnya berapa lama, tapi kalau melihat jurnal, banyak yang mengulas faktor-faktor penentu keberhasilan bursa komoditas, dan itu menjadi rujukan kita, tapi ngga ada angka pasti berapa lama, tapi disebutkan mereka butuh waktu lama. Kalau melihat bursa yang sudah ada, misal bursa CPO Malaysia itu di atas 40 tahun, dan mereka jatuh bangun juga bukan hal mudah," kata Piter, dikutip Rabu (4/10/2023).
Menurutnya, upaya negara lain dalam membentuk bursa komoditas bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia dalam mengembangkan bursa CPO. Apalagi, membentuk bursa komoditas seperti CPO tidaklah mudah.
"Saya sempat ngobrol sama pelaku industri sawit, Singapura pernah mau bikin bursa CPO di Indonesia, jadi Bursa Efek Singapura membuat bursa CPO Indonesia, itu gagal. Jadi membuat bursa komoditas situ gak gampang, even bursa saham Singapura yang sudah terkenal kuat, kredibel, gagal dalam membuat bursa CPO di Indonesia," sebut Piter.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Indonesia sendiri, menurutnya, memiliki modal kuat dalam bursa CPO karena statusnya sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Namun, demi memastikan bursa ini kredibel dan bisa dipercaya perlu dibarengi dengan konsistensi kebijakan dari pemerintah.
"Pasar itu jadi pasar baik kalau dia kredibel itu butuh waktu, didasarkan konsistensi selama berapa waktu. kita ngga bisa katakan berapa lamanya, tapi butuh waktu dan dia konsisten di dalam apa yang menjadi penentu keberhasilan tadi," ujar Piter.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut bursa sawit atau crude palm oil (CPO) akan segera diselesaikan, agar Indonesia tidak perlu berpatokan kepada Malaysia dan Belanda lagi.
"Jadi ada dua yang kita harus selesaikan bursa kripto, dan bursa CPO. Bursa CPO itu kita patokan Belanda sama Malaysia," kata Zulhas saat membuka acara Peluncuran Pembentukan Bursa berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7/2023) lalu.
Padahal, kata Zulhas, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali menyindir, kenapa Indonesia yang notabene-nya adalah raja sawit malah mengikuti Belanda dan Malaysia.
"Pak Presiden beberapa kali nyindir, kita raja sawit ikutnya Belanda sama Malaysia. Kita gak punya (bursa CPO). Mudah-mudahan juga bisa kita selesaikan," pungkasnya.
[Redaktur: Mega Puspita]