"Kita ingin meningkatkan nilai tambah setiap komoditas yang kita punya sehingga dapat nilai tambah yang maksimal, ekosistem mulai dari pertambangan diproses menjadi katoda kemudian baterai cell kemudian diproses menjadi mobil listrik, mobil listriknya kita bangun di Indonesia," paparnya.
Di lain pihak, Sekretaris Gaikindo Kukuh Kumara menjelaskan pembangunan ekosistem mobil listrik perlu didukung dengan kebijakan yang dapat mengurangi harganya. Pasalnya, saat ini harga kendaraan listrik masih terbilang mahal. Sementara negara lain telah menerapkan kebijakan subsidi untuk menekan harga kendaraan listrik agar masyarakatnya beralih menggunakan kendaraan tersebut.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
"Di mana pun juga kendaraan listrik mendapat subsidi dari pemerintahnya, di Tiongkok kami dapat informasi dari kolega subsidinya sekitar USD 15 ribu per unit, begitu juga di Korea Selatan. Ini saya pikir cukup berat dan harganya cukup tinggi, harga mobil listrik yang paling murah pun harganya Rp 600 juta. Nah masyarakat kita daya belinya masih di kisaran di bawah Rp 250 jutaan jadi ada jarak harga sekitar Rp 300 jutaan antara harga mobil listrik dengan harga yang diminati masyarakat kita," tuturnya. [afs]