WahanaNews-Riau | Menteri BUMN, Erick Thohir, sempat menyebutkan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) bisa default atau bangkrut bulan ini jika tiga langkah restrukturisasi menemui kegagalan.
"Ada tiga langkah, dan problemnya langkah ketiga ini macet. Kalau ketiga sudah gagal, kedua gagal, yang pertama gagal, Desember ini bisa default," ujar Erick dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI, Kamis (2/12/2021).
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Pernyataan Erick tersebut membuat beberapa pihak berang, salah satunya mantan Komisaris PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), Roy E Maningkas.
Dia mengungkapkan, jika tiga langkah restrukturisasi tersebut gagal, tidak semuanya berujung kepada kebangkrutan KRAS.
"Alasan pertama adanya proyek mangkrak Rp 10 triliun, menurut saya Pak Erick mengada-ada, karena proyek mangkrak itu sudah bermasalah dari 5 tahun yang lalu, pemerintah sudah melakukan restrukturisasi di angka USD 2,2 miliar. Enggak ada pengaruhnya sama sekali proyek mangkrak itu di pernyataan bahwa akan bangkrut bulan ini," ujar Roy kepada wartawan, Senin (6/12/2021).
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Alasan kedua yaitu renegosiasi kepemilikan saham dengan Pohang Steel and Iron Company (Posco).
Roy menjelaskan, jika tidak terjadi deal kepemilikan menjadi 50:50, saat ini kepemilikan KRAS 30 persen atau minoritas, tidak akan membuat perusahaan bangkrut.
"Kita kan melakukan in-kind, selama itu tidak terjadi deal-nya justru tidak merugikan KS karena fasilitas proyek baru yang sudah berproduksi ini income-nya masuk semua konsolidasi ke KS holding kan. Kalau udah dimasukin ke Krakatau Posco, berarti income-nya udah di bagi-bagi. Dengan belum masuknya ke Krakatau Posco yang HSM 2, itu justru tidak merugikan KS," jelas dia.
Menurut Roy, alasan ketiga yang paling tepat bisa membuat KRAS bangkrut bulan ini adalah KRAS memiliki utang yang jatuh tempo di Desember 2021 ini kepada beberapa bank.
Nilai USD 200 juta.
Jual Anak Usaha untuk Bayar Utang
Karena itu, Roy membeberkan rencana agar utang tersebut bisa lunas, yaitu dengan menjual salah satu anak usaha atau subholding KRAS, yaitu PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI), yang mana perusahaan tempat dirinya menjadi komisaris saat ini.
"Kalau kita enggak bayar, maka bisa default. Oleh sebab itu kita menyiapkan skenario menjual salah satu subholding kita yaitu Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI), KSI ini adalah subholding yang menjadi cash hold, yang menjadi dagingnya KS," ungkap Roy.
Untuk membayar utang senilai USD 200 juta tersebut, dia menilai cukup dengan menjual kepemilikan KSI maksimal 40 persen.
Namun, Roy mengungkap pihaknya "dipaksa" untuk menjual sampai 70 persen yang akan dilakukan secara bertahap sampai 2023 mendatang.
"Kita sudah hitung dengan valuasi kita untuk mendapatkan USD 200 juta, kita enggak perlu kehilangan kontrol mayoritas dari situ. Lah ini kan kita dipaksa untuk menjual, pertama 40 persen, si calon pembelinya ini diberikan mandatori untuk mereka boleh sampai 70 persen. Artinya KS tinggal 30 persen," tutur dia.
Dia melanjutkan, jika hal tersebut terjadi maka KRAS akan kehilangan pendapatan terbesarnya.
"Artinya KS tinggal 30 persen. Kalau KS tinggal 30 persen, itu kan tidak bisa dikonsolidasi ke holding, kalau sesuai aturan akuntansi kan 51 persen. Itulah yang sebenarnya membunuh KS," katanya.
Kendati demikian, Roy belum bisa mengatakan kepada pihak mana KSI akan dijual.
Dia hanya berkata, ada dua peminat sampai saat ini yang salah satunya adalah Indonesia Investment Authority (INA) yang saat ini didorong Erick untuk bisa berinvestasi di KRAS.
"Jadi masalahnya kenapa didorong harus INA, karena INA ada temannya. Siapa temannya? Tanya sama Pak Erick. Coba kalau INA enggak ada temannya, dia dorong enggak ke INA? Yang jelas INA bikin konsorsium. Bikin konsorsium sama siapa? Tanya Pak Erick. Dia enggak terbuka, kalau saya buka bisa ribut lagi ini," ucap Roy.
Berani Taruhan Rp 1 Miliar
Roy berani bertaruh Rp 1 miliar ke Erick karena dia yakin KRAS tidak akan bangkrut bulan ini.
Dia pun meminta Erick untuk terbuka dan jujur dengan rencana penyelamatan KRAS ini.
"Di mana poin kita bangkrut? Yang jelas kita tidak akan bangkrut dengan USD 200 juta ini, kita bisa bayar kok tanpa kita harus jual kepepet. Total aset KSI ini Rp 11,4 triliun lebih, ekuitasnya Rp 9 triliun, siapa yang enggak ngiler? Keuntungan kita kurang lebih tahun ini bisa mencapai Rp 450 miliar, malah dagingnya disuruh dijual," tegasnya.
"Jadi ayolah Pak Erick jujurlah apa motifnya. Kalau mau nyelametin KS, tolong cari investor untuk di holding-nya, kalau kita mau jualan kan jangan cuma yang bagusnya aja, kalau pengin nyelametin. Investornya juga harus beli yang enggak bagusnya justru, buat saya itu aneh," bebernya. [afs]