WahanaNews-Riau I Harga minyak mentah dunia saat ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2021 sebesar US$ 45 per barel.
Harga minyak mentah yang masih melambung tinggi membuat harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) secara keekonomian turut naik.
Baca Juga:
Anggota Komisi VII DPR Dukung Pertamina Perluas Pendaftaran QR Code untuk Pertalite
Misalnya saja, harga keekonomian Pertalite (RON 90) kini seharusnya telah mencapai di atas Rp 11.000 per liter, meski masih dijual dengan harga Rp 7.650 per liter. Artinya, PT (Pertamina) Persero diperkirakan nombok hingga Rp 3.000-an per liter untuk menjual Pertalite ini.
Harga minyak mentah dunia pagi ini, Selasa (26/10/2021) pukul 08:04 WIB, naik tipis. Minyak Brent berada di US$ 86,01/barel, naik 0,02% dari hari sebelumnya.
Menanggapi hal ini, PT Pertamina (Persero) pun angkat bicara.
Baca Juga:
Ternyata Harga Asli BBM Pertalite Bukan Rp10.000 per Liter
Pjs Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa fluktuasi harga minyak sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan. Dia mengakui, tingginya harga minyak saat ini memberikan tekanan pada biaya BBM.
"Tingginya harga minyak memberikan tekanan signifikan atas beban pokok produksi BBM," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (26/10/2021).
Meski terjadi kenaikan biaya, namun menurutnya Pertamina tetap berusaha menjual BBM dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Dia mengatakan, penurunan daya beli masyarakat akibat Covid-19 menjadi pertimbangan perseroan.
"Walaupun demikian sampai saat ini Pertamina tidak menaikkan harga BBM karena pertimbangan penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19," paparnya.
Padahal, imbuh Fajriyah, badan usaha BBM lainnya telah beberapa kali menaikkan harga jual BBM-nya sejak awal tahun 2021 lalu. Kondisi ini membuat pendapatan dan laba di sektor hilir menjadi cukup tertekan.
"Namun ini merupakan salah satu bentuk kontribusi Pertamina untuk membantu masyarakat di tengah pandemi Covid-19," lanjut Fajariyah.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Soerjaningsih mengatakan, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada Pertamina dan saat ini masih dibahas perihal kompensasi tersebut.
"Kemudian penyesuaian harga kenaikan BBM agar Pertamina tidak rugi ini rencananya akan dibahas nanti, bagaimana kompensasi kepada Pertamina," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin, (25/10/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan kenaikan harga BBM saat ini masih cukup sulit diterima oleh masyarakat di tengah kondisi yang baru pulih dari pandemi Covid-19.
"Jadi kenaikan harga BBM ini kan sebenarnya mungkin masih sulit diterima oleh masyarakat yang kondisinya sedang baru mau pulih Covid-19. Jadi kemungkinan pemerintah yang ngalah sama rakyat tetap tenang tidak ada inflasi," lanjutnya. (tum)