WahanaNews-Riau I Kekuatan militer asing yang beraktivitas di Laut China Selatan atau Laut Natuna Utara diprediksi Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Aan Kurnia akan banyak.
Ia mengatakan, kemungkinan tersebut dapat berdampak pada meningkatnya dinamika di perairan tersebut.
Baca Juga:
PBB ASEAN Sepakat untuk Tegakkan Hukum Laut 1982
"Dampak langsung dari konflik dapat diprediksi bahwa akan banyak kekuatan militer negara-negara besar di Laut China Selatan, ini juga akan semakin meningkatnya dinamika," kata Aan dalam rapat dengan Komisi I DPR, Senin (20/9/2021).
Aan menuturkan, konflik dimaksud merupakan salah satu dampak dari resminya aliansi AUKUS yang dibangun oleh Australia, Amerika Serikat, dan Inggris. Selain dampak langsung pada kawasan Laut Cina Selatan, kehadiran AUKUS juga dinilai berdampak tidak langsung pada meningkatnya biaya keamanan.
Sebab, keberadaan aliansi tersebut dapat menciptakan perlombaan senjata serta gangguan lalu lintas pelayaran dan meningkatnya risiko.
Baca Juga:
Bantah Tudingan AS, China: Menhan RI Tak Pernah Sebut Ekspansi di LCS
"Sehingga kalau larinya ke ekonomi keamanan ini asuransi akan meningkat, biaya logistik juga meningkat, itu dampak untuk keamanannya," ujar Aan.
Aan pun menyampaikan sejumlah langkah yang disiapkan Bakamla untuk memitigasi persoalan yang dapat muncul di Laut Cina Selatan.
Aan menegaskan, Indonesia dalam hal ini TNI AL, Bakamla, maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan, mesti hadir di wilayah tersebut untuk menunjukkan bahwa kawasan itu milik Indonesia.